Ada yang Lebih Menyedihkan dari Persaingan Dua Minimarket?

Way
3 min readJul 20, 2024

--

from https://pin.it/2MaE96wkM

Menurut cerita, minimarket si Merah dan si Biru akan selalu dibangun secara berseberangan. Itu adalah bagian paling menyedihkan dari persaingan dunia bisnis yang sering orang-orang ceritakan.

Satrio masih belum mengerti.

Di mana letak menyedihkan dari dua minimarket yang dibangun selalu berseberangan? Lagipula, bisnis adalah bisnis, tetap saja tujuannya adalah sebuah strategi pemasaran dari kedua toko kelontong besar berwarna merah dan biru itu.

Pikiran acak Satrio mengenai dua minimarket tersebut mendadak buyar kala tangannya mendorong pintu kaca, lantas menerima ucapan selamat datang.

“Selamat datang di si Merah, selamat berbelanja.”

Di antara lemari pendingin berisikan berbagai macam jenis susu kotak, Satrio berjongkok tepat di depannya. Laki-laki itu lantas membuka penutupnya, seketika embusan udara dingin menyapa wajahnya.

Kedua netranya rajin menyelisik hampir seluruh rak di dalam lemari pendingin.

“Mbak, susu rasa kelapa muda ada?” Masih dalam keadaan berjongkok dengan kepala yang sedikit dimiringkan supaya terlihat dari balik rak-rak berisi makanan ringan, Satrio bertanya kepada karyawan yang sedang berdiri melamun di depan mesin kasir.

“Habis,” teriak karyawan tadi menjawab pertanyaan Satrio.

Mendengar itu Satrio hanya mendengkus. Sedikit kecewa.

Masih dalam keadaan berjongkok, Satrio geser beberapa senti ke lemari pendingin di sebelahnya. Kali ini laki-laki itu tidak membuka penutup kacanya, dirinya hanya manggut-manggut sambil membaca satu per satu isi dari lemari pendingin.

“Kalau minuman rasa stroberi?”

“Habis,”

Sebagai salah satu minimarket kesayangannya, Satrio sedikit merasa kecewa dengan stok barang yang tersedia hari ini.

Bagaimana bisa dua minuman kesayangannya −yang selalu dirinya beli ketika mampir di minimarket ini selama lima bulan terakhir− absen di hari yang sama?

Merasa sedikit kecewa, Satrio hanya bisa menatap si Biru yang berdiri di seberang jalan. Hanya dipisahkan oleh jalan arteri yang lebarnya hampir delapan meter, Satrio masih bisa melihat dengan jelas sederet lemari pendingin yang mungkin saja berisi minuman kesayangannya.

Sambil mengitari rak-rak berisi makanan ringan, Satrio merasa tidak enak jika keluar dari si Merah tanpa membeli apa pun, apalagi tatapan sendu dari penjaga kasir si Merah yang sedari tadi terus memperhatikan gerak geriknya membuat Satrio mau tidak mau harus membeli sesuatu.

Laki-laki itu lantas mengambil makanan ringan secara acak, kemudian berjalan dengan langkah ringan ke meja kasir agar dihitung belanjaannya.

“Totalnya tujuh belas ribu lima ratus rupiah,” jelas penjaga kasir si Merah sambil tersenyum simpul.

Satrio meringis.

“Jangan kemari lagi, Yo.”

Mendengar itu, Satrio yang sedang sibuk mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu lantas mendongak.

“Minuman kesukaanmu itu, sepertinya tidak akan lagi saya letakkan di dalam lemari pendingin. Sudah cukup lima bulan selalu datang tanpa absen sehari pun, sudah cukup penyesalanmu, Yo.”

Satrio meneguk liurnya sendiri.

Penjaga kasir dengan tatapan sendu itu lantas menarik napas. Dikeluarkannya sepucuk undangan berwarna cokelat muda. Warnanya cantik, terlihat serasi dengan tinta hitam pekat di atasnya, Satrio juga masih bisa menghirup aroma percetakan kala udangan berwarna cokelat muda itu tiba di tangannya.

“Saya akan menikah satu minggu lagi, Yo. Jadi, jangan menunggu saya lagi. Banyak hal lain yang perlu kamu lanjutkan.”

Ada getir yang tidak bisa Satrio jelaskan lewat kata-kata. Laki-laki itu lantas mengangguk pasrah.

Satrio beranjak meninggalkan kasir sembari membawa belanjaannya, uang kembalian, juga undangan cokelat muda yang entah mengapa terasa berat ia bawa.

Di pelataran parkir minimarket si Merah, Satrio hanya bisa menatap sekeliling dengan gamang.

Lima bulan rasanya terlalu singkat.

Ada yang tahu bagaimana cara membatalkan penyesalan yang baru dirinya sadari semenjak lima bulan terakhir?

Satrio rasa tidak ada yang tahu.

Kalaupun ada, semuanya sudah terlambat. Penjaga kasir kesayangannya itu akan menikah minggu depan.

Kembali ditatapnya si Biru yang ada di seberang jalan, lalu bergantian memperhatikan si Merah yang ada di belakangnya.

Pertanyaan itu kembali hadir, di mana letak menyedihkan dari dua minimarket yang dibangun selalu berseberangan seperti kata orang-orang?

Satrio masih juga tidak tahu.

Tetapi, satu hal yang Satrio tahu pasti. Ada yang lebih menyedihkan dari persaingan dua minimarket yang dibangun berseberangan tidak lebih dari sepuluh meter itu.

Iya. Ditinggal menikah,

dan Satrio, masih bisa melihat mantan kekasihnya itu dari si Biru. Tempat kerjanya.

– Selesai –

ditulis pada 5 Januari 2021, direvisi pada 20 Juli 2024.
regards, way!

--

--

Way

welcome to the (w)orld! just for iseng hahaha, tapii aku merangkainya dengan serius. selamat berkelana.